Our Household Part 4

Our Household

Marriage Life & Romance | Chaptered | Characters : Lee Donghae, Jessica Jung |

Memangnya kau pikir jadi ibu rumah tangga itu gampang?

*****

“Hatcchiii!!” Jessica mengusap hidungnya yang gatal. Ditariknya selembar kertas tisu yang telah ia sediakan disamping ranjang, membuang cairan yang mengotori hidungnya. Udara pagi ini padahal tidak begitu dingin, ditambah adanya penghangat ruangan. Herannya, Jessica tidak berhenti-berhenti juga bersin sedari tadi. Ah! Pasti ini karena kemarin malam dia kehujanan terlalu lama di halte.

“Hatcchi!! Haah..”

Gadis itu kembali meringkuk dibawah selimut putihnya. Matanya terpejam sambil tangannya memeluk guling. Haish, padahal hari ini kerjaannya masih menumpuk. Masih ada dua bakul cucian, seterikaan, belum lagi dia harus memasak juga untuk sarapan Donghae.

Eh tunggu!

Sejak kapan dia peduli sama semua kerjaan babu ini? Buat apa dia peduli juga dengan Donghae? Mau laki-laki itu sarapan atau tidak, itu bukan urusannya kan?

SRAT!

“YA!!” pekik Jessica saat seseorang membuka lilitan selimutnya yang hangat.

Hah, benar kan, itu pasti Donghae. Jessica mendesis pelan.

“Ya! Aku flu dan pusing. Aku tidak bisa membuatkan sarapan untukmu. Make delivery order if you wanna get breakfast,” kemudian Jessica menutupi dirinya dengan selimut sampai kepalanya.

Dan Donghae membuka kembali selimut Jessica. Membuat wanita cantik itu semakin geram. “Apalagi sekarang?”

“Minum dulu tehnya, selagi masih hangat. Kau ingin makan apa? Biar sekalian kubuatkan,”

Sedetik kemudian kening Jessica mengerut tajam. Apa dia tidak salah lihat nih?

Sepasang mata milik Donghae menatapnya begitu lekat. Selama dia tinggal dengan Donghae, tidak pernah sekalipun dia melihat laki-laki bertubuh tegap itu menatapnya dengan tatapan seperti ini. Oh apa nama tatapan ini? Tatapan tulus, tatapan ikhlas, tatapan damai, tatapan peduli, tatapan perhatian, tentu bukan.. ini tatapan SAYANG!

Apa?! Sayang?!

Tidak, tidak! Jelas tidak mungkin!!

“Hey,”

Jessica tersadar akan lamunannya, “Uh?”

“Apa kau ingin makan sesuatu? Mau kubuatkan bubur atau sup kah?”

“Ehm.. sup saja,”

Donghae mengangguk. Tangannya kemudian terulur membelai puncak kepala Jessica halus, “Tidurlah lagi. Aku akan membuatkannya terlebih dahulu.”

Apakah rumah ini dihinggapi oleh makhluk halus yang penuh kasih sayang? Kelihatannya Donghae habis kemasukan arwah itu.

*****

Jessica merasakan pipinya baru saja ditepuk halus oleh seseorang. Matanya mengerjap pelan, beradaptasi dengan intensitas cahaya yang lebih tinggi diluar. Beberapa detik kemudian didapatinya Donghae sudah kembali duduk dipinggir ranjang, dengan membawa mangkuk berukuran sedang berisikan sup hangat dan obat flu. Jessica berusaha duduk, lalu meraih hasil masakan Donghae untuknya.

“Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah membaik?” bisik Donghae lembut sambil mengecup kening Jessica.

Wow! Wow! Wow! Wow! Tunggu.. Tunggu.. Ini sungguh-sungguh Donghae? Apakah arwah penunggu rumahnya yang melakukannya? Astaga! Bahkan dia hanya bercanda dengan omongannya tadi. Tapi mengapa ini terjadi sungguhan?

Hello! Sejak kapan Donghae jadi begitu perhatian padanya? Mulanya Jessica memang mau memanfaatkan kebaikan hati Donghae hari ini (laki-laki itu tidak memaksanya bangun lalu menyeretnya ke dapur kan? Itu sudah terhitung baik), tapi kalau perubahannya sedrastis ini juga terlalu mengerikan.

“Ada apa denganmu sih?” kening wanita cantik itu kembali mengerut. Menatap mata kedua bola mata pria dihadapannya begitu intens. Barangkali dengan begitu, roh makhluk itu bisa keluar lewat mata Donghae.

“Ada apa denganku?”

“Sejak kapan kamu peduli padaku?”

“Memangnya aku tidak boleh peduli padamu, kau kan istriku..”

WHAAATT???!!! Tadi Donghae mengatakan apa? Istriku?! Tatapan heran Jessica semakin menjadi-jadi.

TAK!

“Aw!” Donghae mengaduh. “Kenapa kau memukul kepalaku sih?”

“Hey, siapa kau? Kenapa kau ada didalam tubuh Donghae? Kembalikan Donghae-ku yang lama! Aku tidak suka kau masuk kedalam tubuhnya seperti ini,”

Donghae menyeringai menggoda, “Tunggu! Kau bilang apa? Donghae-ku?”

Ups!

“Ah.. apa,” Jessica gelagapan, “Aniyo, aku tidak mengatakan seperti itu.”

“Aku punya dua telinga yang sehat, jagi,”

“MWO??!! JAGI?! YA! ADA APA SIH DENGANMU?! KELUAR KAU!! KEMBALIKAN DONGHAE YANG DULUU!! OHOOK.. OHOOK.. OHOOOK!!” Jessica sampai terbatuk-batuk saking kencangnya dia berteriak. Kerongkongannya tersedak oleh lendir-lendir dari virus flu yang  dideritanya, membuat hentakan batuknya semakin keras.

Hah, Donghae sialan! gerutu Jessica dalam hati.

“Ini, ini. Minum dulu,” pria yang baru-saja-menyebutnya-istriku-dan-membuat-Jessica-hampir-mati-tersedak itu menyodorkan segelas air putih hangat. Bahkan membantu Jessica untuk meminumnya.

“Sudahlah, tidak usah bersikap seperti ini! Aku sedang sakit dan tidak mood untuk membalas semua godaanmu padaku,” Jessica kembali merebahkan diri dan berbalik memunggungi Donghae dengan cepat. Malas juga rasanya meladeni tingkah Donghae yang semakin abnormal.

Salah satu karya milik Avichii berdentum kencang dari ponsel seseorang, yang Jessica yakini itu milik Donghae. Ranjangnya terasa berjengkit. Donghae menjauhkan diri sesaat untuk mengangkat telepon masuknya.

“Yeoboseyo!.. Ne Sulli-ah, waeyo?.. Ah, tolong kau reschedule semua jadwalku hari ini dan besok! Istriku sedang sakit dan aku tidak mungkin meninggalkannya.. Ya, kemarin aku mendapatkan berita dari Kyuhyun bahwa Cervathycol mendapat respon yang sangat positif. Bahkan beberapa rumah sakit di Jerman dan Prancis sudah melakukan order besar-besaran sebelum kita launching. Semoga semua berjalan lancar sampai pada hard-launchingnya..  Rapat yang itu bisa kita tunda lusa karena tidak terlalu penting. Kesehatan istriku sungguh membuatku khawatir sekarang.. Oke, terima kasih, Sulli! Ne, annyeong!”

KLIK!

“Apa maksudmu dengan ‘kesehatan istriku sungguh mengkhawatirkan itu’? Kau pikir aku terserang penyakit ganas atau sesuatu, huh? Come on, it’s just influenza, and a little headache. Not such as serious thing,” cerocos Jessica tak terima. Memangnya dia sekarang terserang rabies ganas?

Donghae tersenyum lembut. Kemudian berjalan mendekati Jessica dan mengecup keningnya untuk kedua kalinya, “Minumlah obatnya lalu istirahat. Aku akan membersihkan rumah terlebih dahulu,”

Lalu berlalu meninggalkan Jessica yang termangu.

*****

“Hello?”

“Krys? It’s me, Donghae,”

“I know. Memangnya di handphoneku tidak ada kontakmu apa,” Krystal terkekeh.

Donghae tersenyum selagi membersihkan karpet rumah mereka dengan vacuum cleaner.

“Kau tidak mungkin menelponku kalau tidak ada masalah dengan eonnie-ku kan,”

“Well,” dia memindahkan teleponnya ke telinga kiri, “I wanna give you an information that she lay on the bed now. She’s sick.”

“Really? Ah, dia pasti terlalu kelelahan hingga staminanya drop,”

“Dia juga kehujanan kemarin di halte. Sampai rumah, tubuhnya sudah basah kuyub dan menggigil,”

“Ah, poor her. I gotta give her warm-massage and big-hug if I were there,”

Donghae mendengarkan sesuatu yang tidak lazim, “Warm-massage?”

“Ya, itu adalah salah satu treatment yang paling disukainya. Kalau salah satu dari kami ada yang sakit, maka yang lainnya akan memberinya pijatan di kaki dan tangan, juga di bahu. Lalu saat tidur, kami akan saling memeluk. God, I really missed those time,” jelas Krystal.

Ah, jadi itu yang dia suka. “Apa ada lagi yang Jessica sukai saat dia sedang sakit?”

“Hm.. biasanya eonnie suka memakan buah kupas. Jadi aku memberikannya apel. Kalau tidak, stroberi juga dia mau. Sebelum tidur, dia juga suka meminum susu vanilla hangat, agar tidurnya bisa lebih nyenyak. Oh, wait!” putus Krystal, “Jangan katakan kalau oppa sedang mengorek informasi dariku!”

“Otakmu memang lamban, Krystal-ah,” cengir Donghae.

“Kau benar-benar ingin membuat eonnie jatuh cinta padamu?”

Donghae kini berdiri didepan pintu kamar tidur mereka, “Dia suka hal yang romantis kan? Aku harus tahu seperti apakah yang dia anggap romantis itu,”

“Oh, you’ve got to be kidding me,” terdengar desahan takjub keluar dari mulut Krystal, “Apa dia sedang bersamamu?”

“Are you crazy? Of course not! Dia sedang tidur di kamar,” pria itu mengintip keadaan Jessica.

“Berjuanglah, oppa! Buat eonnieku itu mencintaimu. Ketika kau berhasil membuatnya jatuh cinta padamu, aku berani bersumpah dia akan memberikan segalanya untukmu tanpa terkecuali. Dan kau pasti akan merasakan, betapa bahagianya dicintai oleh Jessica Jung, oppa,”

Donghae terkikik, “Well, Krys, are you daydreaming now?”

“Oppa!”

“Okay, okay, I’m sorry. Aku hanya penasaran, apakah aku akan sebahagia seperti yang kau katakan. Kau terlalu pandai mempromosikan sesuatu, Krys,”

“Maka dari itu, buktikan kata-kataku!”

“Arraseo. Kututup dulu ya, pekerjaanku masih menumpuk sekarang,”

“Okay, annyeong oppa! Kutunggu kabar baik kalian ya,”

“Ne!”

Donghae menekan tombol ‘end call’ di layar sentuh handphonenya. Lalu kembali melirik kearah Jessica yang tertidur pulas. Napasnya terdengar lebih keras, mungkin karena efek pileknya. Gaya tidurnya memeluk guling itu terlihat sangat menggemaskan.

Dia tersenyum sesaat menatapnya, sebelum kembali berjalan menuju ruang tamu.

*****

“Psst.. wake up, honey! Time to dinner,”

Jessica mendengar bisikan itu. Dia merasa masih memeluk gulingnya erat. Ah, berarti itu hanya suara dunia mimpi.

“Yeobo, bangunlah! Tubuhmu akan semakin lemah jika tidak mengisi perut..”

WHAT?! Jessica tersentak gelagapan seakan baru mengalami mimpi dikejar anjing berkepala tiga. Hey, siapa itu? Siapa yang berani memanggilnya dengan sebutan yeobo?! Sejak kapan namanya berubah jadi madu?

Jessica menoleh cepat ke belakang. Mendapati Donghae yang sedang berdiri disana memakai HANYA kaus dalam putih dan celana training hitam, tersenyum padanya. Oh no! Sepasang mata itu–sepasang mata yang sama persis dengan yang dia temukan saat sarapan tadi pagi. Tatapan penuh sayang, dan sekarang ketambahan sesuatu yang baru. Yaitu cinta.

CINTA? F*CK OFF! What’s she talking about?!

Selain itu kenapa dia hanya memakai pakaian seperti ini sih? Tidak tahukah dia kalau jantung Jessica terasa lari sprint melihat otot-otot bisepnya yang begitu kokoh itu?

Bahunya merendah. Jessica menghela napas panjang. Ditatapnya kedua mata Donghae yang masih memancarkan perasaan begitu tulus padanya. Sungguh ini sudah tidak bisa dinalar menggunakan otak manusia.

“Kau kemanakan si Donghae, huh?”

Alis pria itu terangkat. “What do you mean?”

“Ini bukan Donghae. Donghae punya dua telinga yang sehat,”

“Apa maksudmu, sayang?” tanya Donghae, setengah bingung setengah geli.

“Aku tanya kau kemanakan Donghae, bodoh! Kau bukan Donghae. Donghae yang kukenal adalah Donghae yang sok perfeksionis, suka mengatur semaunya, tidak mau kalah, dan tidak pedulian. Bukan yang ini. Ayo cepatlah keluar dari tubuh Donghae!! Aku mau Donghae yang dulu..”

“Hey, hey, hey honey! I’m Donghae. I’m still Donghae, same as before okay?”

“No, you’re not! Donghae bahkan tidak suka berbicara memakai bahasa Inggris. Ini bukan Donghae,”

“Hahahahaha.. Kau ini memang benar-benar manis ya,” Jessica makin tercekat mendengar Donghae melontarkan pujian mengerikan itu.

“Sudahlah, ayo kita makan sekarang! Tadi kau sudah melewatkan jam makan siang. Jangan membiarkan perutmu kosong terlalu sering,”

Donghae tersenyum, menaruh baki perak diatas kaki Jessica yang berisi rice prawn gravy dan green peas soup with herbs chicken serta teh chamomile hangat untuk minumannya. Sementara menu makan malam Donghae sendiri adalah Seolleongtang segar dengan nasi kimchi, dan minuman yang sama dengan dirinya.

“Ini..”

“Italian food. Kesukaanmu, bukan?”

Jessica mengangguk pelan. Donghae tahu makanan favoritnya? Saat di Amerika, dia dan Krystal paling suka memakannya saat musim hujan. Makanan segar dan sangat menghangatkan. Ketika sakit, dia juga sering memakan sup ayam khas Roma itu.

Dalam hati, Jessica sungguh masih bertanya-tanya. Ada apa sih sebenarnya? Donghae baik seperti ini bukanlah hal yang lazim. Membangunkannya dengan lembut, mengajaknya makan, memanggilnya dengan ‘jagi’ ‘yeobo’ ‘istriku’ apalah lagi. Walaupun perubahan Donghae ini terasa–ehem–romantis, tapi tetap saja kalau berubahnya drastis kayak sekarang, yaah..

“Hm.. Enak banget!!” seru Jessica saat mencicipi nasi udangnya, “Kau beli dimana?”

Senyum yang sedari tadi tersemat di wajah Donghae seketika menghilang. “Ini buatanku sendiri, sayang.”

“Mwo??!! Kau memasaknya?! Kapan?”

“Tadi siang. Hahaha.. Kau terlalu pulas tidur sepertinya yah, sampai tidak sadar kalau panci, spatula, dan sendok semua berjatuhan tadi,” tawa Donghae sambil menjawil sekilas ujung hidung Jessica.

“Donghae!”

Laki-laki itu tersenyum manis. Kemudian melanjutkan makan malamnya. Aish! Apa orang ini tidak tahu kalau wajah Jessica sudah semerah tomat sekarang?

“Sekarang jam berapa?”

“Jam setengah 8. Waeyo?”

“Aniyo, hanya ingin tahu saja. Jam 8 nanti aku ingin menonton film di TV,”

Donghae menepuk tangannya, “Ah! Mari kita nonton bersama sehabis makan ini!”

“Tapi ini film romantis, Donghae,”

“Lalu?”

“Kau tidak akan menyukainya,”

“Apapun yang kau suka, aku juga akan suka,” Donghae mengerlingkan matanya. Kemudian mengambil sisa makanannya dan Jessica untuk dibawah ke tempat cucian piring.

YAAAIIIIIKSSS!!! KEMBALIKAN DONGHAE YANG DULUUUUUU!!!!!!

*****

Pria itu kembali ke kamar saat dilihatnya TV telah menyala dan menayangkan film tahun 90-an, Sleepless in Seattle. Film yang dibintangi oleh Tom Hanks dan Meg Ryan itu memang termasuk salah satu drama romantis yang tentunya takkan terlupakan sepanjang masa. Donghae menarik selimut, mengambil tempat disebelah Jessica yang sudah serius memandangi layar kaca. Diperhatikannya wanitanya itu. Tangannya, yang ditopang siku, menjadi penyangga untuk kepalanya bertengkleng.

Ah!

Dia teringat perkataan Krystal. “Jess,”

“Ya?”

“Memutarlah kemari!”

“Hah?” Jessica bingung.

“Berputarlah!”

“YA! YA! YAAA!!!” pekik wanita itu benar-benar terkejut dengan perlakuan Donghae.

“Sstt!!” Donghae mengangkat kaki Jessica ke pangkuannya dengan pelan.

“What do you want to do?!”

“Just give you warm-massage. Relaxation,” Dan mulai memijatnya.

Astaga! Pria ini benar-benar gila hari ini.  Jessica menatap tidak yakin bercampur heran. Apa sih maunya Donghae? Tidak bisakah laki-laki itu berhenti membuatnya gila?

“Menontonlah kembali selagi aku melakukannya,” laki-laki itu tersenyum selagi menekankan jempolnya di lengkungan telapak kakinya. Kulit kaki Jessica terasa sangat lembut. Terlihat betapa Jessica sangat merawat aset tubuhnya dengan baik.

Sementara Jessica, hanya diam sambil memperhatikan jari-jari Donghae begitu lincahnya bermain di kakinya. Harus diakui, bahwa dirinya sangat menikmati pijatan yang diberikan Donghae sekarang. Laki-laki itu sangat mahir mengatur tekanan untuk dalam memijat setiap tubuhnya. Rasa lelah yang dia rasakan kemarin-kemarin menghilang seiring Donghae menjamahi bagian tubuhnya yang tertumpuk asam laktat. Ah, ini sungguh menenangkan..

“Kakimu halus,” puji Donghae. Kini jemarinya sedang berusaha melenturkan otot-otot betisnya. Seharusnya Donghae sadar, bahwa dia memiliki istri yang begitu cantik dengan tubuhnya yang indah.

Yang mendapatkan pujian hanya tersenyum, tak berusaha membalas. Sedari tadi Jessica gagal untuk menyimak film yang sudah ditunggu-tunggunya dari tiga hari yang lalu. Matanya hanya memperhatikan bagaimana Donghae memanjakan kakinya.

“Nah, apa kau merasa lebih baik sekarang?”

Jessica mengangguk. Tersurat senyuman malu-malu dari wajah cantiknya. Membuat Donghae harus menaham perasaan gemas untuk mencubit pipi manisnya.

“Sekarang ayo kita tidur! Kau harus banyak istirahat,”

“I fell asleep during 8 hours,” cibir Jessica.

Pria itu tersenyum. Mengambil obat flu yang ditaruhnya diatas laci samping ranjang mereka, dan memberikannya pada Jessica bersama air putihnya.

“Minum dan tidurlah! Agar besok kau sudah pulih total,” suruh halus Donghae. Kalimatnya memang menyuruh, tapi nadanya lebih terdengar mengajak di telinga Jessica. Alhasil, perempuan itu hanya mengikuti suruhan Donghae. Lalu kembali berebah dibawah selimut hangatnya.

Wait! Kenapa dirinya menuruti perkataan Donghae begitu saja?

CUP!

Jessica melotot. Langsung menoleh kebelakang.

“Selamat tidur, yeobo!” Ganti Donghae yang kini memunggunginya. Dan terpejam.

Sesaat Jessica berpikir, apa benar dia ingin Donghae kembali seperti Donghae yang dulu?

TBC…