The Forgotten Memories part 3

The Forgotten Memories

Romance & Marriage Life | Characters : Choi Siwon, Tiffany Hwang, Lee Donghae, Jessica Jung |

Ingatan terakhirku adalah ketika aku bertunangan dengannya, bukan menikah denganmu, Choi Siwon

*****

“Aku pulang,” ucap Siwon yang baru saja menutup pintu rumahnya. Tak jauh dari ruang tengah, tampak Tiffany sedang menyajikan hidangan makan malam. Wanita itu tersenyum begitu manis menyambut kedatangannya.

“Hari ini kau pulang telat, Siwon-ssi. Ada masalah di kantor?”

“Yah biasalah, persiapan untuk tender baru saja,” ujarnya. Laki-laki itu berdiri didekat sofa. Tidak melakukan apapun, tidak melangkah sedikitpun. Menatap Tiffany yang sibuk menata piring-piring diatas meja makan. Seperti dia sedang menunggu sesuatu.

Merasa ditatap sebegitu intens membuatnya merasa terganggu. “Apa yang kau lihat?”

Alis Siwon terangkat, “Kau tidak mau membukakan dasiku dan melepas jasku?”

Tangan Tiffany yang semula berjalan kesana kemari tiba-tiba berhenti. Waktu seperti berhenti selama dua detik. Semua terasa aneh. Siwon dapat melihat keterkejutan di air muka Tiffany. Dia merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa dia bertanya–lebih tepatnya meminta–hal seperti itu sementara Tiffany sendiri sedang kehilangan ingatannya?

“Miyoung-ah, aku..”

“Gwaenchana oppa. Aku hanya..” kalimatnya menggantung sesaat.

“Aku hanya belum terbiasa dengan semua ini. Yah walaupun kita sudah satu rumah selama beberapa hari ini, tapi aku..”

“Sudahlah,” potong Siwon cepat, “Aku tidak masalah dengan itu. Just.. just do whatever you want while I’m going to take a shower. Yes.. I think like that,”

Sebenarnya ada rasa yang mengganjal pada hatinya. Tiffany mengatakan bahwa mereka baru bersama selama beberapa hari. Apa perempuan ini lupa kalau mereka sudah membina bahtera rumah tangga selama tiga tahun? Ya. Tiffany memang lupa.

Siwon merasa dadanya nyeri tak karuan. Sementara Tiffany mengangguk-anggukan kepalanya dengan ekspresi yang tidak dapat diartikan. “Setelah itu, ayo kita makan bersama.”

Siwon hanya tersenyum, anggaplah jawaban untuk mengiyakan. Kemudian dia masuk ke kamarnya.

“Siwon-ssi,” panggil Tiffany tiba-tiba.

“Ne?”

Wanita itu sempat menggaruk kepala belakangnya, “A.. Itu.. kamarku,”

Siwon menepuk dahinya pelan. Dia melupakan satu hal lagi. Saat ini dirinya tidak sekamar dengan Tiffany. Sontak dia tersenyum tidak jelas kearah Tiffany. Lalu menghamburkan diri kedalam kamar tamu yang sekarang menjadi kamarnya.

*****

Mandi memang dapat menghilangkan sedikit rasa stress. Itu yang dirasakan oleh Siwon setelah keluar dari kamar mandinya. Penat demi penat yang sedari tadi memenuhi kepalanya, sedikit meluruh bersama sabun dan air yang dia pakai mandi tadi. Kini dia sudah siap untuk menyantap makan malam yang dibuatkan oleh Tiffany.

“Eomma dan appa kemana?” tanya Siwon.

“Ada reuni katanya,”

Siwon mendesis, “Tiap hari reuni terus,”

Tiffany berusaha menjelaskan, “Relasi eomma dan appa kan banyak. Teman-teman SMA, kuliah, rekan bisnis. Selain itu, eomma dan appa juga jarang sekali ke Seoul. Makanya saat ada kesempatan seperti ini digunakan mereka dengan baik.”

Yang diberi penjelasan hanya mengangguk asal. Melanjutkan kembali acara memakan sepiring nasi goreng miliknya. Tak ada percakapan yang menyelingi makan malam mereka. Siwon tidak ada bahan pembicaraan, sementara Tiffany sepertinya juga sedang tidak ingin berbicara.

Hujan mengguyur dengan deras Kota Seoul saat Siwon dan Tiffany baru saja menghabiskan seluruh isi piring mereka. Kali ini Siwon melakukan hal yang biasa dilakukannya dengan Tiffany sehabis makan. Dia akan menaruh piring-piring kotor itu ke kitchen sink, sementara Tiffany yang membersihkannya. Kemudian Siwon akan membantu mengelapnya hingga siap untuk ditata kembali ke rak piring. Kegiatan yang tentu saja sudah dilupakan oleh Tiffany, secara tidak sengaja.

“Siwon-ssi,”

“Hm?”

“Apa yang akan kau lakukan habis ini?”

Dia mengerutkan dahinya, “Mungkin mengecek beberapa laporan dan menyiapkan monthly report,”

“Kelihatannya sibuk sekali ya,”

“Lumayan. Ada apa?”

“Em.. tadinya aku mau meminta sesuatu, tapi tak apa. Kerjakan saja tugasmu,” kata Tiffany agak segan.

“Mau minta apa?” tanya Siwon halus.

“Ani, tidak jadi kok. Sudah sana, kerjakan laporan-laporanmu,” elaknya sambil tersenyum.

Karena dia pikir bukan hal yang begitu penting, Siwon pun memilih untuk masuk ke kamarnya. Diambilnya laptop dari dalam tas kerjanya. Mulai memfokuskan diri dengan report-report yang baru saja diberikan beberapa manager padanya. Pikirannya pun hanyut pada kerjaan yang beberapa hari kemarin dia tinggalkan. Mengambil cuti disaat perusahaan sibuk itu memang merepotkan.

JDAAR!!

Siwon terkaget. Baru saja suara halilintar menggelegar disela hujan lebat. Astaga! Dia melupakan sesuatu. Dengan segera ditutup kembali laptopnya, berjalan menuju dapur. Beberapa saat berkutat disana, Siwon keluar dengan membawa secangkir matcha yang ditaruhnya diatas meja makan. Diketuknya pintu kamar Tiffany dua kali.

“Oh ada apa, Siwon-ssi?” tanya Tiffany. Sebulir kristal disudut kedua mata wanita itu terlihat jelas oleh Siwon. Dia benar-benar mengumpat dalam hatinya. Kenapa hari ini dia mendadak alzheimer begini?

“Kau mau menemaniku menonton televisi? Aku sudah membuat matcha untuk kita berdua,”

“Bukannya kau banyak pekerjaan? Apa pekerjaanmu sudah selesai semua?”

“Suara hujan diluar mengganggu konsentrasiku. Kupikir mungkin sedikit hiburan dapat membuatku fokus kembali. Kau mau?”

Tiffany mengangguk pelan. Kemudian menutup pintu kamarnya dari luar, berjalan kearah sofa ruang tengah. Dia mengambil matcha yang diberikan oleh Siwon, sementara laki-laki itu menghidupkan televisi terlebih dahulu. keduanya menyesap isi cangkir mereka sembari memperhatikan tayangan yang disuguhkan.

Suara petir kembali membahana. Siwon dapat melihat wajah Tiffany yang syok mendengarnya. Dia menaruh cangkirnya diatas meja.

“Kau mau tidur disini?” Siwon menepuk dadanya.

“Eh?”

“Maaf, tapi dulu setiap kau takut dengan suara petir, kau selalu memintaku untuk memelukmu dan.. kau akan tidur di dadaku,” jelasnya dengan kalimat yang sangat hati-hati. Takut menyinggung perasaan Tiffany.

Perempuan itu diam tanpa kata. Mungkin berusaha untuk survive sendiri dulu. Namun kenyataannya itu tidak bisa dia lakukan. Petir sepertinya sedang senang menggesekkan dirinya dengan awan di langit hingga menimbulkan suara-suara yang menakutkan. Tiffany menelan ludahnya. Diliriknya Siwon yang sedang sibuk mengganti-ganti channel televisi.

“Apa penawaranmu tadi masih berlaku?”

Siwon menoleh, “Apa?”

“Aku.. takut,” ucapnya pelan, karena tertutup suara petir.

Pria itu merentangkan tangannya, menarik badan Tiffany yang mungil untuk masuk dalam pelukannya. Diletakkan kepalanya diatas dada bidang milik Siwon. Tiffany menggeser tubuhnya, mencari posisi yang nyaman untuk bersandar di tubuh besar pria itu. Lalu kembali memfokuskan pandangannya ke televisi.

Dalam diam, otak Siwon berputar. Déjà vu. Memorinya berputar ke saat-saat musim penghujan di Seoul dua tahun yang lalu. Ketika itu Siwon sedang ada rapat dengan para pemegang saham yang menyebabkannya baru ada di rumah jam sembilan malam. Sepulang kerja, dia menemukan Tiffany meringkuk lemas disamping ranjang kamar mereka. Di pipinya terlihat air mata yang sudah mengering, tanda bahwa Tiffany sampai menangis saking takutnya. Darisana Siwon mengetahui kalau Tiffany sangat takut dengan suara petir. Sejak saat itu juga, ketika melihat awan mendung dan gerimis, Siwon akan cepat-cepat mengerjakan pekerjaannya dan kembali pulang ke rumah.

“Miyoung-ah,”

Tak ada jawaban. Terdengar suara desahan napas yang teratur. Siwon menunduk. Kemudian tersenyum. Persis seperti dulu. Ketika Tifany sudah ada di pelukannya, maka perempuan itu akan mengatakan ‘dadamu sangat hangat’ dan tertidur. Ah, entah rasanya berapa lama segalanya sudah terlewatkan olehnya.

*****

Hari demi hari pun berlalu. Sikap Tiffany ke Siwon memang agak berubah, setidaknya lebih manis daripada pertama kali gadis itu tersadar dari komanya. Siwon juga terlihat sangat gigih dalam mengingatkan segala yang pernah terjadi diantara mereka pada Tiffany. Mulai dari melihat album foto kenangan mereka, mengajaknya ketempat-tempat yang dulu sering mereka kunjungi, ataupun melakukan sedikit sentuhan yang biasa mereka lakukan.

Sayangnya, semua yang dilakukannya belum membuahkan hasil yang berarti sedikitpun. Setiap ditanyai apakah ada sedikit ingatannya yang kembali, Tiffany selalu diam dan menggeleng. Namun hal ini tak membuat Siwon gentar. Dia yakin, setiap usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan ada hasil yang memuaskan. Maka dari itu dia akan terus berusaha, berusaha sekuat tenaga sampai akhir.

*****

“Apalagi ya..” gumamnya pelan. Siwon tampak sedang berusaha mengingat-ingat apa saja yang harus dibelinya. Cokelat sudah. Bunga sudah. Sepertinya ada yang kurang. Tapi apa? Sambil berpikir, dia berjalan melirik toko-toko yang ada di Lotte Departement Store.

“Astaga! Buku itu,” serunya saat melihat etalase toko buku yang memajang novel The Hunger Games. Dua hari yang lalu, Tiffany sempat heboh ingin membeli buku karya Suzanne Collins itu. Katanya dia sudah menonton filmnya dan sangat keren. Kelihatannya Tiffany belum membeli novel ini. Mending ini saja yang dia jadikan hadiah.

Well, sebenarnya agak aneh juga melihat Siwon begitu berpikir keras untuk memberikan surprise pada Tiffany, mengingat tidak ada peringatan apa-apa juga hari ini. Namun entah kenapa Siwon begitu ingin memberikan sesuatu pada Tiffany. Setiap bulan sekali dia selalu memberikan kejutan pada Tiffany, tentu harinya random, sebagai rasa terima kasihnya karena wanita itu sudah mau mendampinginya. Namun dua bulan terakhir, Siwon melupakan kebiasaannya itu karena kesibukannya di perusahaan. Mungkin sudah saatnya mengembalikan tradisi yang hampir terlupakan baginya.

Setelah membeli buku itu, Siwon segera berlari menuju parkiran. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk memberikan semua ini kepada Tiffany. Dia mulai membayangkan akan seperti apa ekspresi wajah Tiffany saat melihat cokelat, bunga, dan novel yang dia bawakan untuknya. Bahkan jalanan hari ini juga sangar lancar, seperti begitu mendukung niatannya.

Sesampainya di rumah, Siwon merasa aneh. Sebuah Audi A5 berwarna silver terparkir didepan rumahnya. Mobil itu.. sepertinya Siwon mengenalinya. Tapi siapa?

Penasarannya pun terungkap saat Siwon turun dari mobilnya dengan membawa barang-barang yang baru dibelinya. Tiffany muncul didepan pagar rumah, dengan seorang pria yang dikenalinya. Siwon mendadak berdiri mematung. Rasa mual menyerang lambungnya. Dilihatnya Donghae mencium pipi istrinya itu. Dan Tiffany terlihat begitu bahagia!

Pemandangan apa ini?

Mobil Donghae sudah menjauh dari kediamannya sembari wanita itu melambaikan tangannya. Saat Tiffany akan berbalik, tak sengaja matanya bertemu dengan bertemu mata Siwon. Membuatnya beku ditempat berdirinya sekarang. Pria itu berjalan begitu dingin menghampirinya.

“Apa yang dia lakukan disini?” tanya Siwon tanpa basa-basi.

“Donghae oppa hanya membantuku,” jawab Tiffany.

“Membantumu? Membantu apa?”

Tiffany menunduk, “Membetulkan microwave,”

“Kenapa tidak memintaku? Bukankah aku selalu bilang jika ada apa-apa hubungi aku?”

Wajahnya semakin merunduk. Kini dia membasahi bibirnya yang kering dengan lidahnya. “Aku.. takut mengganggumu.”

Jawaban itu membuat Siwon tersenyum sinis, “Kau takut menggangguku atau memang ingin menemui Donghae?”

Tiffany terdiam. Wajahnya menunjukkan rasa bersalah. Siwon tertawa tanpa suara.

“Aku ingin bertanya padamu. Sebenarnya apa arti diriku untukmu?”

Tak ada jawaban langsung. Siwon menunggu beberapa saat. Namun tak kunjung muncul suara.

“Jawab aku. Apa arti diriku untukmu?”

Suasana senyap yang hadir, kini membuat Siwon benar-benar kesal.

“Jawab pertanyaanku Tiffany Hwang!”

Bentakan Siwon berhasil membuat kepala Tiffany terangkat. Mata indah itu menatap Siwon begitu terkejut. Namun beberapa saat kemudian, kembali menunduk. Satu kata yang dapat terucap dari bibirnya, “Mianhanda.”

Siwon masih menatap Tiffany dengan begitu intens. Pertanyaannya pun berganti menjadi, “Seberapa sering dia datang kesini tanpa sepengetahuanku? Jawab!”

Diam. Itu yang Tiffany lakukan. Sebelum dia sadar kalau Siwon akan menatapnya seperti itu terus jika dia tidak menjawab. Dengan pelan, Tiffany berkata, “Beberapa kali,”

Jawaban Tiffany yang begitu jujur itu mampu menghancurkan akal sehat Siwon. Dicengkramnya erat bahu wanita didepannya itu. Dia melihat dengan tatapan yang begitu tajam.

“Sakit..” keluh Tiffany, yang mulai berkaca-kaca.

“Sakit? Lebih sakit mana dengan diriku? Aku berusaha mati-matian untuk membuatmu ingat padaku! Membangkitkan semua ingatan tentang kita yang dengan santainya kau lupakan! Aku merelakan seluruh waktuku untuk memikirkanmu, Tiffany!” bentak Siwon begitu kencang.

Kini air mata Tiffany tak sanggup untuk ditahan olehnya.

“Aku tidak melupakannya dengan sengaja, Siwon! Aku benar-benar merasa.. frustasi sekarang,”

“Apa kau pernah berpikir bagaimana frustasinya aku? Itu lebih daripada dirimu! Aku sudah benar-benar terbiasa dengan hidupku selama tiga tahun ini. Pulang kerja yang disambut dengan pelukan hangat seorang istri. lalu dia akan membukakan dasi dan jasku. Menyiapkan air mandiku. Makan malam bersama. Tidur sambil memeluknya. Aku sudah nyaman dengan semua itu. Dan tiba-tiba aku harus meninggalkan semua itu dalam sekejab. Bagaimana perasaanmu jika kau ada di posisiku, hah?”

Tangisan Tiffany tumpah ruah. Siwon kembali tertawa miris. “Aku hanya ingin melindungi apa yang kumiliki,”

“I’m never pushing you to do it,”

DEG!

Perkataan yang baru saja dikatakan Tiffany berhasil meremukkan hatinya. Cengkraman Siwon mendadak lepas. Siwon benar-benar kagok. Apa jawaban wanita itu? dia tidak pernah menyuruhnya untuk melakukan itu? Sebegitu tidak berharganya kah kenangan mereka dimata Tiffany? Makanya dengan santainya Tiffany membawa pria lain ke rumahnya, berduaan, mencium pipi. Siwon benar-benar berada di titik kehancurannya.

“Siwon..”

“Kau benar,” Siwon mengangguk, “Hanya aku yang berusaha untuk ini. Kenyataannya ingatanmu memang tidak akan pernah kembali.”

“Aniyo..” isakan Tiffany semakin keras.

Kini Siwon juga tak mampu menahan rasa sedihnya. Didongakkannya kepalanya, berharap membuat air mata itu tidak jadi turun. Namun kenyataannya, dorongan rasa sakit hatinya yang lebih besar dapat menurukannya dengan begitu deras.

“Terima kasih, kau sudah membuatku sadar, Tiff,”

“Aku ingin memberikan ini padamu,” Siwon memberikan bungkusan yang tadi dibelinya untuk Tiffany.

“Siwon, aku..”

“No, it’s fine. Anggap saja ini kenang-kenangan terakhirku untukmu. Sekarang, kau bisa bersama tunanganmu yang kau cintai itu. I’m done.”

Siwon berjalan meninggalkan Tiffany yang mematung didepan sendiri. Sementara didalam rumah, dia tak mampu menahan rasa sedihnya lebih lama lagi. Tangisan ini sangat menyedihkan. Bagi Siwon dan Tiffany.

TBC..

49 thoughts on “The Forgotten Memories part 3

  1. Omo… Kenapa bisa menyedihkan gitu sih 😦 sifany 😥 jangan sampai terpisahkan dong X( gag rela akunya kalo mereka terpisah.. Pengorbanan siwon bener-bener deh.. Salut ..:) masih ada typo sih.. Tapi asli daebak kok.. Keep writing chingu.. Hwaithing yaa

  2. Annyeong..q reader bru.. ^^ mian ru isa kmen d’sni..
    Duh bneran kasihan Siwon’y..Berasa bget sakit’y kya apa..
    Lanjut chingu..
    Keep writing 🙂

  3. aaaahhhhh Siwon Oppa :(, jangan bosan2 ngingetin Fany Unnie tentang Kenangan kaliann !! Siwon Oppa Hwaatthiiinngg
    Eh ada Ikan (Donghae) oppa -_- awas entar diCerein ama Sica Unnie *pllaakkk 😀

    Author lannjjuutttkkaannn !!! (y)

  4. anyeong chingu, maaf baru bisa komen di part 3 ini, sebenernya saya udah baca dari part 1 nya, hehhe. mian =”)

    aihh aihh kenapa endingnya pada nangis semuaa. sebenernya saya agak bingung mau berpihak sama siapa nih. kayaknya wajar aja Tiffany ketemu Donghae deh, soalnya kan dia ingetnya baru tunangan sama Donghae. Dan Siwon juga pasti pingin Tiffany inget sama dia lagi, supaya keadanyaa kembali seperti semula.

    pertanyaan yg masih belum kejawab itu kenapa dulu Tiffany gk jadi nikah sama Donghae dan malah menikah sama Siwon? trus hidung Jessica juga belum muncul nih hehhe

    btw Tiffany gaul banget baca hunger games, eh tapi bukunya emang seru sih hehhe. oh maaf panjang banget nih komenya, nggak tahan pingin komentar sih, hehhe (y)
    update asap, oke? fighting!

    • annyeong! 😀
      kalo bingung pegangan tiang yaa cingu biar gak jatuh eheheh
      secara deh Tiffany kan valley girl gitu, masa gak gaul *what the-_-
      gamsahamnida komennya ({}) ditunggu yaa 😀

      • eh apa hubunganya tiang sama bingung chingu? #jleb #tambah bingung

        btw chingu baca buku hunger games, ya? udah sampe mockingjay belom? pingin sharing nih hehhe salam kenal yaa =D

      • gatau kan aku sok tau ahahah *plak
        baru sampe catching fire cingu, masih nunggu pinjeman dari temen *miris
        salam kenal jugaaa 😀 ntar kapan kapan kita obrolin si katniss deeh eheheh

  5. huuuaaaaaa ,
    kasian wonppa , fany unnie coba inget2 lagi kengan dulu ma wonppa .
    semoga tiffany inget wonppa lagi , Siwon oppa FIGHTING !
    author cepet2 di publish ya lanjutannya , FIGHTING !

  6. Ga sbar gmana klanjutan hubungan mreka, gmana Cba klo msalkan siwon nyari cewe lain andweee!! Thor lanjutkan.. Aku mnunggumu #plakk *abaikan*

  7. Aduuuuuh appa jangan nagis jangan tinggalin tipani umma
    berarti tipani udah kembali ingatannya cman lagi kalu sama perasaanya jga gitu.
    Haduuuuh kasihan appa

  8. ini benar2 miris bgt thor…………………….

    tiffany kau sungguh tega……wonppa bersabar ya……………….

    sifannynya tetep nyatu kan thor……………………………………

  9. Aku baru tau kalau di seoul ada nasi goreng. Wkwkwk ntar kayak anak sistar lagi siwonnya abis makan nasi goreng malah ke girangan. Fufufufu~

Leave a reply to Naengmyun Cancel reply